Rusia mengurangi pasokan gas, pembuat kaca Jerman di ambang keputusasaan

(Agence France-Presse, Kleittau, Jerman, ke-8) German Heinz Glass (Heinz-Glas) adalah salah satu produsen botol kaca parfum terbesar di dunia. Negara ini telah mengalami banyak krisis dalam 400 tahun terakhir. Perang Dunia II dan krisis minyak pada tahun 1970an.

Namun, darurat energi yang terjadi di Jerman saat ini telah berdampak pada kelangsungan hidup Heinz Glass.

“Kita berada dalam situasi khusus,” kata Murat Agac, wakil kepala eksekutif Heinz Glass, sebuah perusahaan milik keluarga yang didirikan pada tahun 1622.

“Jika pasokan gas terhenti… maka industri kaca Jerman kemungkinan besar akan musnah,” katanya kepada AFP.

Untuk membuat kaca, pasir dipanaskan hingga 1600 derajat Celcius, dan gas alam merupakan sumber energi yang paling umum digunakan. Hingga saat ini, sejumlah besar gas alam Rusia dialirkan melalui pipa ke Jerman untuk menjaga biaya produksi tetap rendah, dan pendapatan tahunan Heinz bisa mencapai sekitar 300 juta euro (9,217 miliar dolar Taiwan).

Dengan harga yang kompetitif, ekspor menyumbang 80 persen dari total output produsen kaca. Namun model ekonomi ini diragukan akan tetap berfungsi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Moskow telah mengurangi pasokan gas ke Jerman sebesar 80 persen, yang diyakini sebagai upaya untuk melemahkan tekad negara dengan perekonomian terbesar di Eropa untuk mendukung Ukraina.

Tidak hanya Heinz Glass, sebagian besar industri Jerman juga mengalami kesulitan akibat krisis pasokan gas alam. Pemerintah Jerman telah memperingatkan bahwa pasokan gas Rusia dapat terputus sepenuhnya, dan banyak perusahaan membuat rencana darurat. Krisis ini mencapai puncaknya menjelang musim dingin.

Raksasa kimia BASF sedang mempertimbangkan untuk mengganti gas alam dengan bahan bakar minyak di pabrik terbesar kedua di Jerman. Henkel, yang berspesialisasi dalam perekat dan sealant, sedang mempertimbangkan apakah karyawan dapat bekerja dari rumah.

Namun untuk saat ini, manajemen Heinz Glass masih optimistis mampu bertahan dari badai tersebut.

Ajak mengatakan bahwa sejak tahun 1622, “sudah cukup banyak krisis… Pada abad ke-20 saja, terdapat Perang Dunia I, Perang Dunia II, krisis minyak pada tahun 1970an, dan masih banyak lagi situasi kritis lainnya. Kita semua berdiri tegak. Ini sudah berakhir,” katanya, “dan kita juga akan punya cara untuk mengatasi krisis ini.”


Waktu posting: 26 Agustus-2022